MERAKIT VARIETAS TOMAT UNGGUL
BAB
I
PENDAHULUAN
Tomat (Lycopersicon esculentum Mill)
merupakan salah satu komoditas sayur-sayuran yang paling banyak dikonsumsi oleh
masyarakat. Kandungan dalam tomat sangat banyak, diantaranya vit.A dan berbagai
jenis mineral organik. Produksi tomat selama periode 2008-2009 meningkat 5,18%
yaitu dari 53,128 t- 55,881 t dengan rerata produktivitas 15,27 t/ha(Direktorat
jenderal Holtikultura,2012 dalam Soedomo).
Produksi tomat oleh petani demi memenuhi kebutuhan masyarakat atau
keinginan masyarakat dengan banyak mengkonsumsi tomat. Di samping itu, hal penting yang harus dipertimbangkan adalah
tujuan pasar. Berhubung permintaan buah tomat saat ini lebih banyak untuk
konsumsi instant, maka konsumen cenderung memilih saus tomat daripada buah
tomat yang segar.
Untuk memenuhi keinginan masyarakat dan merakit varietas tomat yang baru
sehingga nantinya akan banyak dibutuhkan oleh PT atau pengusaha yang membuat
saus tomat..Pembuatan saus tomat membutuhkan tomat yang memiliki daging buah
yang tebal dan berbagai kriteria lainnya. Semua kriteria itu dapat diperoleh pada
kegiatan pemuliaan tanaman.dari pemuliaan tanaman dapat dihasilkan perakitan
varietas unggul baru hibrida yang sesuai dengan pemulia inginkan.
Salah
satu upaya yang dapat dilakukan untuk memperoleh varietas yang sesuai selera
konsumen adalah melakukan penyaringan terhadap koleksi plasma nutfah tomat
maupun varietas lainnya yang ada melalui kegiatan karakterisasi. Dari makalah
ini, dapat akan diperoleh perakitan suatu varietas tomat baru unggul .
Komoditas
tomat yang beradaptasi luas akan lebih mudah pengembangannya dibandingkan
komoditas yang menghendaki lingkungan spesifik. Prospek pengembangan tomat
cukup menggembirakan hingga saat ini (Duriat 1997).
BAB
II
ISI
2.1
Tujuan
Dari
perakitan ini, tujuan yang ingin diperoleh adalah tomat yang dapat efektif
digunakan untuk pembuatan saus tomat.
Dengan kriteria sebagai berikut :
1.
Berbiji
sedikit
2.
Daging
buah tebal >4mm
3.
Warna
merah cerah
4.
Ukuran
buah berdiameter > 5 cm
5.
Toleran
terhadap penyakit layu bakteri
Selanjutnya program
pemuliaan mengikuti tahap-tahap pemuliaan tanaman diuraikan sebagai berikut :
Mengumpulkan
Plasma Nutfah Dari Varietas Tomat Yang Ada.
Beberapa plasma nutfah tomat yang
telah diteliti oleh pengamat,sehingga dari hasil pengamatan diperoleh beberapa
jenis plasma nutfah tomat :
1.
Pengamatan
menunjukkan bahwa tebal daging buah berkisar antara 2 sampai >4 mm, masing-
masing nomor yang dikarakterisasi mempunyai karakter yang berbeda. Nomor LV-1829,
LV-1184, LV-4444, LV-1039, LV-1430, LV-898, dan LV- 762 mempunyai tebal daging
buah di atas 4 mm.
Tabel
2. Karakteristik komponen hasil plasma nutfah tomat. KP Lembang, 2003.
No. Kode
lapang No. aksesi 01 02 03 04 05 06
07 08
09 10 11 12 13 14 15
1 . TM 6-16-03 1829 5,2
8 2,8 5,7
Merah Pucat Cerah
Indented Fair 4,25
7 Merah F 5,90
227,5
2. TM 11-16-03 1184 5,8 15 3,5
5,0 Merah Kuning Cerah
Indented Fair 4,15
6 Merah SF 7,40
287,5
3. TM 13-16-03 4444 7,5 20 4,7
3,6 Merah Kuning Cerah
Pointed Good 4,35 2
Merah R 10,55
290,0
4. TM 15-16-03 1039 5,0 20 4,8
5,4 Merah Kuning Cerah Indented Good 4,16
4 Merah R
14,90 520,0
5 TM 17-16-03 1430 7,0 12 3,0
6,0 Merah Kuning Cerah Flat
Fair 4,20 8 Merah F
8,05 335,0
6 TM 20-16-03 898 4 2,12 4,5
4,2 Merah Kuning Cerah Pointed
Good 4,26 6
Merah R 9,00
310,0
01 = jumlah buah per tandan, 02 = panjang tandan buah (cm), 03 =
panjang buah (cm), 04 = lebar buah (cm), 05 = warna buah tua, 06 = warna kulit
buah saat panen, 07 = intensitas warna irisan, 08 = bentuk permukaan buah
bagian atas: indented (permukaan buah bagian bawah agak melengkung ke bawah), flat (bentuk permukaan buah bagian bawah rata), pointed (bentuk permukaan buah bagian bawah agak meruncing), 09 =
kemudahan petik saat panen: fair (sedang) dan good
(mudah dipetik), 10 = tebal daging buah
(mm), 11 = jumlah lokul buah, 12 = warna irisan dalam, 13 = bentuk buah yang
dominan: SF = shlightly flatteed (agak gepeng), R = round (bulat), F = fllatened (gepeng),
HR= high round (sangat bulat), 14 = jumlah buah per pohon, 15 = berat buah per
pohon (g).
Sumber: Engle (2002). Buletin
Plasma Nutfah Vol.11 No.2 Th.2005 59
Dari
6 plasma nutfah tersebut , Terpilih 4 nomor plasma nutfah tomat sebagai bahan working
collection, yaitu TM 9, TM 12, TM 22, dan TM 23. Sumber : (Yenni Kusandryani, Luthfy, dan Gunawan.
Karakterisasi dan Deskripsi Plasma Nutfah Tomat . Balai Penelitian
Tanaman Sayuran, Lembang)
2. Berdasarkan hasil seleksi terhadap karakter
tinggi tanaman, bobot buah per tanaman, jumlah buah per tanaman, dan cabang
produktif maka terpilih empat galur tomat, yaitu PT 3172, PT 4121 F, FMTT-103,
dan FMTT-95 dengan kriteria sebagai berikut:
1.
tipe
tumbuh tegak atau menyebar.
2.
Ukuran
buah besar.
3.
Penampilan
buah menarik.
4.
Tahan
simpan.
5.
Toleran
terhadap organisme pengganggu tanaman.
6.
Daging
buah tebal (±4 mm).
7.
Hasil tinggi.
Tabel 3.
Diameter buah dan ketebalan daging buah tomat lokal dan introduksi. KP Balitsa,
Lembang.
1999/2000.
No. Galur
Asal Diameter buah (cm) Ketebalan daging buah (mm)
1. PT 3172
AVRDC 5,262 4,60
2. PT 4121
F AVRDC 4,712 4,68
3. FMTT-103
AVRDC 5,553 4,26
4.
FMTT-95 AVRDC 5,398 3,94
Sumber : (Suryadi, Luthfy, K. Yenni, dan Gunawan. Karakterisasi Koleksi Plasma Nutfah Tomat Lokal dan Introduksi. Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang)
Beberapa
varietas tomat unggul :
1.
Zamrud
Komoditas:
|
Tomat
|
Tahun:
|
1999
|
Bentuk Buah:
|
Bulat
|
Potensi Hasil:
|
30 - 45 ton/ha
|
Rasa:
|
Manis asam
|
Umur Panen:
|
59 - 61 hari
|
Keterangan:
|
Cocok untuk dataran rendah dengan daya simpan 8 hari
|
Status:
|
Komersial
|
Mitra
|
|
Kontak:
|
2.
Opal
Komoditas:
|
Tomat
|
Tahun:
|
1999
|
Bentuk Buah:
|
Lonjong
|
Ketahanan Penyakit:
|
Toleran terhadap penyakit layu bakteri
|
Potensi Hasil:
|
30 - 50 ton/ha
|
Rasa:
|
Manis masam
|
Umur Panen:
|
58 - 61 hari
|
Keterangan:
|
Cocok untuk dataran rendah dengan daya simpan 9 hari
|
Status:
|
Komersial
|
Mitra
|
|
Kontak:
|
3.
Mirah
Komoditas:
|
Tomat
|
Tahun:
|
1999
|
Bentuk Buah:
|
Bulat agak lonjong
|
Ketahanan Penyakit:
|
Toleran terhadap penyakit layu bakteri
|
Potensi Hasil:
|
30 - 35 ton/ha
|
Rasa:
|
Manis masam
|
Umur Panen:
|
55 - 59 hari
|
Keterangan:
|
Cocok untuk dataran rendah dengan daya simpan 8 hari
|
Status:
|
Komersial
|
Mitra
|
|
Kontak:
|
4. Varietas tosca
5.
Varietas
Ruby Bep 05-08
6.
Varietas
TOPAZ Beb 04-07
Dari sumber
yang diketahui terdapat 21 varietas unggul hibrida ditambah dengan indukan F1
tomat anggur yang dapat dijadikan sebagai langkah awal dalam mengumpulkan
keragaman varietas tomat yang sesuai. Dari 21 tomat unggul tersebut, dipilih
dua varietas yang akan diseleksi kembali.
Varietas Tomat Unggul
Varietas Umur Panen Hasil Rekomendasi Produsen
(HST) (Ton/Ha) (Dataran)
Lentana
F1 60—70 70—80 Rendah—Menengah
Cap Panah Merah
Ratna EWS 68—70 50—70 Rendah Cap Panah Merah
Sumber: PT East West Seed Indonesia,
PT Tanindo Subur Prima
Seleksi
sebelum perluasan genetik
Dari 10
plasma nutfah dan 8 varietas tomat unggul yang telah dikumpulkan, setelah
diidentifikasi karakteristik masing-masing varietas maka terdapat 4 plasma
nutfah (TM 6-16-03, TM 17-16-03, FMTT-103 dan PT 3172 ) dan 3 varietas tomat unggul
(tosca,Opal,dan Mirah)
Dari ketujuh varietas tersebut,
diseleksi kembali yang lebih banyak memenuhi kriteria yang diinginkan, yaitu 7 varietas
yang memiliki kesesuaian dengan hasil yang diinginkan .yaitu varietas Opal
dengan plasma nutfah PT 3172.
Perluasan
genetik
Setelah dipelajari sifat genetik
dari kedua varieatas maka dilakukan perluasan genetik dengan cara hibridisasi
atau persilangan. Hasil hibridisasi ini akan menghasilkan varietas dengan
genotip baru.
Seleksi
setelah perluasan genetik
Tanaman yang telah berhasil
disilangkan diseleksi kembali untuk mendapatkan varietas dengan genotip yang
sesuai dengan yang didinginkan . Metode seleksi yang diterapkan tergantung pada cara
perkembangbiakan tanaman .
Seleksi yang dilakukan metode single
seed descent.karena meruapakan metode yang sederhana, tidak dilakukan generasi
pada generasi awal.ekonomis untuk tanaman berumur pendek seperti tomat, seleksi
alam pada generasi awal dapat meningkatkan frekunsi gen-gen baik. Metode single
seed descent merupakan metode yang dimulai dengan dua persilangan tetua yang
berbeda. Pada keturunan hasil persilangan tidak dilakukan seleksi, tetapi diambil
satu biji secara acak dari setiap tanaman. Tidak adanya seleksi, maka tidak
terjadi perubahan gen tetapi dengan penyerbukan sendiri hanya merubah frekuensi
genotip.
Frekuensi genotip hozygot
meningkat,sedangkan frekuensi gen tipe heterozygot akan berkurang. Pengambilan
benih dan penanamannya dihentikan apabila dianggap telah diperoleh banyak galur
homozygor. Biasanya pada generasi F5 atau F6. Masing-masing galur kemudian
diperbanyak sehingga dapat ditumbuhkan dengan jarak tanam komersial pada
beberapa lokasi guna pengujian terhadap beberapa macam lingkungan pada beberapa
musim.
Buat
persilangan antar tetua yang memiliki sifat
keunggulan.
-
Tanam seluruh benih F2 yang dihasilkan. Pada saat panen, ambil satu biji F3
dari tiap tanaman dan campur.
-
Tanam seluruh benih F4 dari sampuran satu biji tiap tanaman F3. Lakukan seleksi
individu dan panen tanaman terpilih secara terpisah
-
Tanam dalam barisan seluruh benih F5 yang dihasilkan dari tanaman
F4
terpilih. Lakukan seleksi galur dan panen biji F6.
-
Tanam benih F6 yang dihasilkan dari galur F5 terpilih ke petakan-petakan untuk
perbanyakan benih F7
-
Lakukan uji daya hasi pendahuluan (UDHP) yang menyertakan
varietas
pembanding dengan beberapa ulangan .
-
Lakukan uji daya hasi lanjut (UDHL) yang menyertakan varietas pada berbagai
kondisi lingkungan. Jika unggul lepas sebagai varietas baru
Evaluasi dan pengujian
Tanaman
tomat yang telah diseleksi kembali dilakukan evaluasi dan pengujian.Adapun
untuk evaluasinya diamati dengan beberapa variabel yaitu :
1.
Berbiji
sedikit
2.
Daging
buah tebal >4mm
3.
Warna
merah cerah
4.
Ukuran
buah berdiameter > 5 cm
5.
Tahan
terhadap OPT
Pengujian tersebut dilakukan pada tiga
lingkungan yang berbeda pada dataran sedang dengan agroklimat yang berbeda. Dilakukan
pada 2 musim,hujan dan kemarau.Hasil dari evaluasi dan pengujian akan
dianalisis sesuai dengan kondisi yang diharapkan untuk dapat dikembangkan atau
dibudidayakan.
pelepasan
calon
varietas yang akan dilepaskan dilakukan penyusunan deskripsi. Varietas harapan
yang terbukti unggul berdasarkan hasil uji multilokasi dan memenuhi persyaratan
dapat dilepas menjadi varietas baru .Maka varietas dapat didaftarkan pada Dinas
Pertanian kemudian dilakukan sidang pelepasan varietas dengan melihat uji BUSS
yang dapat menyatakan apakah varietas ini dapat
dilepaskan.(Kuswanto,2012). Pelepasan
varietas dilakukan melalui sidang pelepasan varietas. Calon varietas yang lulus
dalam sidang pelepasan dapat dilepas menjadi varietas baru melalui SK Menteri
Pertanian. Dari hasil sidang pemulia akan mendapat haknya yaitu hak
perlindungan varietas tanaman.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
1.
Untuk merakit suatu
varietas tomat unggul baru, diperoleh sumber 10 plasma nutfah dan 8 varietas
unggul yang sudah ada. Setelah dilakukan seleksi, varietas Opal dengan
plasma nutfah PT 3172 merupakan varietas yang memenuhi kriteria sesuai dengan
tujuan.
2. Dari
perakitan ini, tujuan yang ingin diperoleh adalah tomat yang dapat efektif
digunakan untuk pembuatan saus tomat.
Dengan kriteria sebagai berikut :
1.
Berbiji sedikit
2.
Daging buah tebal
>4mm
3.
Warna merah cerah
4.
Ukuran buah berdiameter
> 5 cm
5.
Tahan terhadap penyakit
layu bakteri
3.
Metode Seleksi yang digunakan adalah
metode single seed descent
4.
Setelah melalui tahap pengujian,
varietas baru (BUSS) dilepaskan sesuai dengan peraturan pemerinta.
Daftar
Pustaka
Anonim.2012.Keragaman
buah tomat.(http://infobuahtomat.blogspot.com/2012/05/jenis-jenis-tomat.html)
diunduh tanggal 15 Februari 2013
Anonim. 2004.Buletin Plasma
Nutfah Vol.10 No.2 Th.2004
Kuswanto.2012.Pemuliaan tanaman.(Kwt-pendahuluan-pengertian-dan
–program-pemuliaan.pdf)
Suedomo.2012.Uji Daya Hasil Lanjutan tomat Hibrida di Dataran Tinggi Jawa
Timur.Balai Penelitian Tanaman Sayuran:Lembang
Yenni Kusandryani, Luthfy, dan Gunawan. Karakterisasi dan Deskripsi
Plasma Nutfah Tomat . Balai Penelitian
Tanaman Sayuran, Lembang
Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Indoneswian Vegetables research
Institute)